TENGGARONG- Cerita sukses Posyandu Teratai di Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis kerap menjadi yang terbaik di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Kepala Desa Muara Enggelam, Madi mengungkapkan, selama ini kader posyandu Teratai melayani masyarakat dengan ikhlas.
Meski dengan gaji minim, para kader posyandu selalu memberikan pelayanan yang sangat baik pada masyarakat.
“Setiap bulan ada 2 kali pelayanan. Baik, suntik untuk balita dan juga pemberian gizi tambahan. Dan mereka selalu melayani dengan ikhlas,” kata Madi.
Namun demikian, ada cerita di balik kesuksesan Posyandu Teratai, mereka gencar berinovasi untuk mengatasi permasalahan stunting.
Berdiri di atas danau membuat warga Desa Muara Enggelam kesulitan mendapatkan makanan bergizi. Masalah ini pelan-pelan redup lewat hidroponik.
Sejumlah balita Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur pun ditengarai mengalami stunting. Kondisi ini diyakini terjadi karena warga desa kekurangan asupan gizi.
Menyiasati masalah tersebut, penduduk bersama Pemkab Kukar mengembangkan hidroponik. Hasilnya cukup menggembirakan.
Ketua Kader Posyandu Desa Muara Enggelam, Asniah membenarkan sejumlah warganya mengalami stunting.
“Mungkin karena kurang mengonsumsi makanan empat sehat lima sempurna,” ungkapnya.
Masalah stunting di Desa Muara Enggelam bukan tanpa sebab. Rumah-rumah warga terapung. Mereka tidak memiliki jamban dan memerlukan WC komunal.
Lokasi Desa Muara Enggelam yang berdiri di tengah Danau Melintang pun membuat warga kesulitan bercocok tanam.
Akses menuju desa yang berjarak sekitar 76,5 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten, Tenggarong itu juga tak memadai. Tak ada kendaraan bermotor di sana. Satu-satunya transportasi menuju Desa Muara Enggelam adalah perahu.
Kondisi ini membuat kebutuhan pangan sulit masuk. Oleh karena itulah PKK Desa Muara Enggelam menggagas hidroponik sejak 2017 silam.
Bercocok tanam menggunakan media air dinilai cocok diterapkan karena Desa Muara Enggelam yang berdiri di atas danau.
Lewat hidroponik, warga membudidayakan sayur-sayuran seperti selada dan pakcoy. Pada 2019, kegiatan hidroponik ini dikelola tim posyandu terpadu setempat agar lebih efektif.
“Sayur mentah atau yang sudah diolah kami bagikan kepada warga, khusunya kepada ibu hamil, ibu yang memberikan asi, dan lansia,” ujarnya.
Kegiatan berhidroponik inipun menuai hasil yang diinginkan. Kasus stunting balita di Desa Muara Enggelam menurun. Sampai saat ini tersisa 6 orang saja. Kata Asniah, penurunan kasus stunting di desanya menjadi yang paling tinggi di Kutai Kartanegara.
“Penurunan stunting di desa kami 60an persen. Ini berkat sayuran hidroponik yang ditanam kini punya manfaat lebih bagi warga desa,” tandasnya.